Internalisasi Nilai-Nilai Puasa di Masa Pandemi

 


Bulan suci ramadan, bulan yang penuh dengan sejuta ampunan.  Setiap orang muslim memiliki kewajiban untuk menjalani dengan penuh suka cita, dengan merasa senang akan datangnya bulan suci ramadan, dan berupaya menjalani setiap ibadah dengan penuh istiqamah.

Ada banyak ibadah yang bisa dilakukan di waktu bulan suci ramadan. Baik dengan cara puasa ramadan, salat tarawih, tadarus al-quran, atau membayar zakat, memburu limpahan pahala di malam lailatul qadar, meningkatkan nilai kebaikan terhadap diri dan orang lain dengan pundi-pundi amal lalu berusaha menghilangkan perbuatan yang justru mengantarkan pada sisi keburukannya.

Disadari atau tidak saat ini kita masih berada di suatu masa, di mana bencana kemanusiaan berupa pandemi covid-19 mejangkiti setiap orang, tanpa memilih terhadap latar belakang orangnya. Sebuah penyakit yang diyakini datangnya berasal dari cina dan menyebar ke se-antero dunia. Dengan dampak yang sangat terasa terhadap roda perekonomian masyarakat. Kesejahteraan manusia memang cukup terganggu dengan adanya bencana kemanusiaan tersebut, dengan tingkat pendapatan di bawah rata-rata.

Sebagai tenaga pengajar di sekolah negeri dan swasta di kota Denpasar, jelas saja hal ini sangat diakui cukup memberikan dampak yang sangat terasa. Pembelajaran yang mestinya dilakukan secara tatap muka dengan proses yang sangat komonikatif antara guru dan murid. Jelas saja saat ini semuanya dibatasi. Dengan peraturan dari pemerintah semua proses pembelajaran harus dilakukan secara daring, baik dengan menggunakan aplikasi whatsaap, you tube, instagram,  google meet, zoom meeting dan perangkat aplikasi online lainnya.

Hal ini dilakukan guna mencegah semakin menularnya penyakit corona terhadap generasi bangsa yang tengah berada di bangku pendidikan. Di satu sisi peraturan yang diberikan cukup bagus agar nantinya bisa memutus mata rantai penyebarannya, akan dikhawatirkan semakin menyebar ke mana-mana. Akan tetapi di sisi yang lain jika dibiarkan berlarut-larut tanpa ada upaya yang bagus dari pemerintah nantinya malah akan ada berkurangnya minat belajar dari murid dalam menjalani aktivitas belajarnya.

Adanya kreativitas guru dalam memberikan pola pengajaran yang baik kepada muridnya jelas sangat membantu sekali dalam menghilangkan rasa jenuh yang membuat anak kurang bersemangat dalam menerima pelajaran. Internalisasi nilai-nilai agama Islam juga sangat dibutuhkan untuk diberikan, hal ini guna membentuk karakter yang baik kepada anak didik dan yang terpenting pola kehidupannya bisa terarah sesuai dengan norma-norma agama yang berlaku.

Bulan ramadan yang saat ini sedang dijalani, sejatinya agar kita  semakin meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan yang ada pada masing-masing individu. Terutama karakter kaum mudanya yang sangat rentan sekali terpengaruh oleh pengaruh dunia luar yang   menyimpang. Maka  esensi yang ada di bulan ramadan salah satunya yang ada dalam kewajiban berpuasa.

Puasa jika dilihat dari pengertiannya yaitu menahan dari lapar dan haus serta hal-hal yang membatalkan terhadap puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Menahan sesuatu yang membatalkan terhadap kewajiban berpuasa terutama terhadap hawa nafsu adalah upaya kita agar bisa tahan dalam membentengi kehidupan setelah puasa nanti. Hal ini bisa dilihat hasilnya ketika bulan puasa telah berakhir.

Seperti tahun sebelumnya, bulan suci ramadan masih dalam suasan pandemi covid-19, di mana semua akses terhadap usaha di setiap sektor kehidupan selalu dibatasi pergerakannya. Apalagi dalam konteks Bali yang notabene masih sangat berhati-hati terhadap upaya pemutusan mata rantai penyebaran covid-19. Dengan ragamnya peraturan demi peraturan yang terkadang cukup membebani terhadap jalannya roda perekoomian masyarakat.

Memaknai puasa ramadhan di tengah bencana kemanusiaan adalah sangat penting adanya. Di saat kita diharuskan untuk berdiam diri di rumah agar bisa menghindari kerumunan dan lebih memfokuskan dalam pendekatan kepada Allah Swt. Baik dengan cara mengkhatamkan Al-Qur’an, dan selalu berdzikir mengagungkan nama-Nya.

Adanya perintah untuk sering-sering mencuci tangan adalah  upaya kita agar bisa  istiqamah untuk bisa hidup bersih. Selalu menjaga badan kita bisa terhindar dari barang-barang kotor dan mengupayakan agar selalu memperbaharui wudhu’ agar kita senantiasa menjaga kesucian diri.

Menjaga jarak adalah upaya kita untuk bisa menjaga dari perbuatan yang membatalkan puasa, baik yang berbentuk makanan dan minuman, menjaga agar kontrol diri dari hawa nafsu yang banyak mengajak kepada keburukan.

Memakai masker adalah upaya kita untuk terus menutup aurat kita agar tidak mudah diganggu oleh orang-orang yang jahil. Dengan menutup segala amal keburukan dan membukanya dengan amal kebaikan.

Jika hal demikian selalu dilakukan dengan istiqamah, maka keagungan bulan puasa akan segera kita raih. Hingga hari kemenangan tiba dengan beriring alunan takbir yang menggema di sudut-sudut rumah kita.

 

                                       *Penulis lepas asal kota Keris Sumenep Madura

                                                    

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Syu’abul Iman Dalam Menata Kehidupan

Materi PAI Kelas VII tentang Hukum Bacaan Gunnah Dalam Q.S. al-Anbiya’/21: 30 dan Q.S. al-A’raf/7: 54

Materi PAI Kelas XI tentang Konsep Dasar Khutbah, Tabligh dan Dakwah