Pendidikan Alternatif Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0

 



Abstrak: Pendidikan sejatinya merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Terlebih berpendidikanlah kita mampu bertahan hidup (bertahan hidup) lebih baik. Perkembangan dunia yang semakin tidak terkendali membutuhkan daya bertumpu pada kualitas sumber daya manusia. Digitalisasi di era revolusi industri memang tidak terbatas ruang dan waktu. Semua serba cepat dan efisien dalam memudahkan setiap kebutuhan.  Meski tidak dapat terpungkiri perkembangan yang serba cepat kadang juga mempengaruhi pola berpikir dan sikap manusia. Untuk kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan mampu memberikan kontribusi positif untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Kata kunci: Pengaruh revolusi industri 4.0, pendidikan alternatif

Pendahuluan

Dunia pendidikan di Indonesia kini tengah berada dalam kondisi yang cukup dilematis. Belum pulih nilai mata uang rupiah dalam neraca perekonomian global, ternyata pemerintah mulai dihadapkan pada upaya membangun sistem pendidikan yang katanya mampu memberikan nilai keadilan dan kesejahteraan peserta didik sekaligus orang orang tuanya.

Diakui atau tidak mulai dari dulu hingga sekarang sudah banyak kontribusi yang diberikan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Perubahan kurikulum pendidikan, penataan dana operasional sekolah, adanya sertifikasi guru, sistem wajib belajar 9 tahun semua telah dilakukan dengan sebaik mungkin. Tapi pertanyaannya kini. Apakah semua upaya–upaya tersebut sudah mampu meningkatkan daya saing sumber daya manusianya ataukah sebaliknya? Jawabnya jelas masih abu-abu.

Pengembangan diri tiap-tiap manusia menghadapi era yang semakin digital membutuhkan persiapan yang cukup matang. Dan penguasaan akan ilmu pengetahuan dan tekhnologi mutlak diperlukan dalam setiap rotasi perubahan waktu. Sebab mengingat ragamnya permasalahan dan tantangan yang seringkali terjadi. Maka solusi paling ideal untuk menghadapinya adalah dengan pendidikan alternatif demi menghadapi era industry 4.0.

 

 

Pembahasan

            Pesatnya perkembangan teknologi era revolusi industry 4.0 berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan yang ada saat ini, sebab aspek keterampilan dan kompetensi menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan. Era revolusi industry 4.0 mengintegrasikan pemamfaatan teknologi dan internet yang begitu canggih dan massif serta mampu mempengaruhi prilaku dunia usaha dan dunia industry, prilaku masyarakat dan konsumen pada umumnya.

Dunia kerja di era revollusi indutri 4.0 merupakan integrasi pemamfaatan internet di segala ilini produksi di dunia industri; digitalisasi, otomasi dan adaptasi, interaksi manusia dengan mesin, value added service and business, automatic data exchange and comonnication, serta penggunaan penggunanaan teknologi informasi. Pola industry baru ini membawa dampak terciptanya pekerjaan dan keterampilan kerja baru dan hilangnya beberapa pekerjaan.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Hal ini diungkapkan Menteri Nasir dalam pembukaan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 yang digelar di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Medan(17/1).

Jka melihat terhadap fenomena aktual di dunia saat ini, di mana simbol kedigdayaan teknologi Amerika yang diwakili Silicon Valley yang dihuni perusahaan raksasa seperti  Google, Facebook, Intel, dan Tesla yang mencapai puncak kejayaan sejak perang dunia II berakhir. Sementara itu, Tiongkok diwakili Shenzhen, sebuah wilayah zona ekonomi khusus sejak era revolusi klbudaya Tiongkok pimpinan Deng Xiaoping pada 1980. Distrik tersebut saat ini dihuni berbagai perbusahaan raksasa yang kini menguasai pasar dunia seperti halnya Huawei, Tencent, DJI, DJ, dan masih banyak lagi.(Jawa Pos, 13/07/2019).

Belum lagi kita dihadapatkan pada fenomena Shenzhen bertransformasi menjadi kota megapolitan yang mampu melahirkan pengusaha-pengusaha asli Tiongkok, seperti Ren Zhengfei yang sukses mendirikan perusahaan telekomonikasi terkemuka Huawei. Jika saat itu produk-produk perusahaan tiongkok dikenal sebagai produk imitasi alias KW, seiring berjalannya waktu produk-produk mereka menjadi inovatif, tak kalah oleh yang diproduksi AS. Kini kota tersebut  berpenduduk 10 juta jiwa dengan gedung-gedung pencakar langit, sistem transformasi modern, dan perdagangan kelas dunia (Harvard Business Review, 18/11/2014 ).

Tak heran jika geliat ekonomi china di dunia internasional itu, yang sekaligus representasi menguatnya pengaruh china di kancah politik dunia, menjadi salah satu pemicu ketegangan dengan AS. Belakangan AS di bawah presiden Donald trump mengenakan tariff 25 persen terhadap barang-barang impor china demi menyeimbangkan nilai perdagangan ke dua Negara. Pemberlakuan tariff oleh AS itu dibalas China dengan penerapan tariff pada produk AS. Situasi itu memicu perang dagang dan berdampak besar. (Kompas, 30/06/2019)

Untuk menjembatani hal tersebut maka Menristekditi menjelaskan ada lima poin penting yang akan dilaksanakan Kemenrisdikti untuk bisa mendongkrak pertumbuhan dan daya saing bangsa di era revolusi 4.0, diantaranya:

a)      Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological lliteracy.

b)      Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa.

c)      Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan,

d)      Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK,  Industri,

e)      Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan dalam tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa:

a)      Pengaruh Era revolusi industry 4.0 yaitu mampu mengintegrasikan pemamfaatan teknologi dan internet yang begitu canggih dan massif serta mampu mempengaruhi prilaku dunia usaha dan dunia industry, prilaku masyarakat dan konsumen pada umumnya.

b)      Solusi dari pendidikan alternatif antara lain: persiapan sistem pembelajaran,  rekonstruksi kebijakan kelembagaan, persiapan sumber daya manusia, terobosan riset dan daya dukung, sekaligus terobosan inovasi dan sistem.

 

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peran Syu’abul Iman Dalam Menata Kehidupan

Materi PAI Kelas VII tentang Hukum Bacaan Gunnah Dalam Q.S. al-Anbiya’/21: 30 dan Q.S. al-A’raf/7: 54

Materi PAI Kelas XI tentang Konsep Dasar Khutbah, Tabligh dan Dakwah